Seorang pegawai itu merasa bosan oleh karena ia tidak lagi berkesempatan bekerja menurut kemampuanya yang penuh. Sebagai besar jalan pikiranya telah digantikan oleh komputer, sedangkan daya teganya digantikan kekuatan listrik. Oleh karena tantangan terhadap hidupnya berkurang, maka minatnya pun menurun. Dan bila seseorang hidup melakukan pekerjaan yang tidak bisa ia minati, maka ia bisa berpuluh-puluh tahun berada dalam keadaan rasa bosan dan frustasi.
Ibu-ibu rumah tangga pun merasa bosan. Banyak dari kesibukan dalam rumah tangga telah diambil-ambil oleh kemampuan teknologi. Ia tak perlu lagi bikin sabun, tak perlu mengawetkan tomat, tak perlu merancang dan menjahit sendiri pakainnya. Sepanjang hari dari pagi sampai malam ia hanya tekan tombol saja. Tak banyak daya upaya, tetapi terjerumus dalam rasa bosan.
Anak-anak uda dihinggapi rasa bosan. Kerena terus menerus menonton televisi, melihat segala sesuatu, mereka menganggap mereka sudah melakukan segala sesuatu. Mereka lalu bersikap sinis dan berprasangka. Mereka lenih senang lunang-lantung tanpa tujuan. Mereka menjadi apatis. Tak tahu akan tujuan mereka, arah hidup, dan pengabdian untuk apa. Mereka mnyelenggarakan hal-hal yang serba bising dan penuh gerakan, akan tetapi hanya sedikit sebenarnya yang dapat mereka nikmati.
Akan tetapi kebosanan itu tidaklah seburuk yang diduga. Memang kebosanan itu mencekam dan menyumbat jalan pikiran kita. Akan tetapi bagi seorang pribadi yang dinamis ia malah bisa menjadi satu katalisator, bahkan pendorong yang paling dinamis.
Bagi orang yang berpikiran penuh daya cipta terdapat hubungan sebab-akibat antara perkataan “Duillah!” dengan “Ya, saya punya satu gagasan!” Rasa bosan itu memang paling tidak enak, mendatangkan rasa nyeri hati, dan manusia telah berusaha dengan susah payah untuk memeranginya. Itulah sebabnya Ralph Linton berucap, “Peluang bagi seseorang untuk merasa bosan , bukanlah terletak pada kebutuhan pokok atau masyarakat, melainkan pada akar kemajuan budi daya manusia.”
Oleh sebab itu penting bagi anda untuk memperkembangkan pribadi yang dinamis untuk memahami dan menghargai rasa bosan itu sebagai lawan saingan kita. Hendaklah anda siap siaga untuk menganggap kegiatan “Duillah” itu sebagai tantangan kreatif, sambil menggunakan kemampuan alat-alat anda yang kreatif serta tehnik yang penuh daya cipta.
Apakah ciri-ciri bosan itu? Dapat kita simpulkan dalam sebuah laporan seseorang psikiater kepada orang-orang tua yang kecewa, yang membutuhkan pertolongan bimbingan bagi anak-anak mereka yang berusia belasan tahun.
Pasien semacam itu memperlihatkan gejala rasa letih yang terus-menerus, nampak lesu dan jemu, sering sakit-sakitan, gampang kecewa, marah, dan bersifat kurang sabar. Tidak berminat terhadap keadaan lingkungannya, mngucilkan diri sama sekali terhadap dunia luar kecuali kegiatan mental sederhana. Pendek kata ia bosan sekali.
oleh karena itu untuk mengatasinya dokter lalu memberikan resep untuk menanggulangi rasa bosan itu. Apakah yang menyebabkan rasa bosan itu? Ada empat hal menurut pendapat para ahli psikolog :
1. Memilih sejumlah waktu lowong yang tidak direncanakan baik-baik untuk diisi dengan hal-hal yang merangsang minat
2. Pengulangan. Melakukan hal yang sama itu-itu saja setiap hari mulai dari perihal makan, berpakaian, bangun tidur, tugas pekerjaan atau kebiasaan kegiatan tertentu.
3. Suatu pola hidup moral atau falsafah hidup yang kaku, yang tidak memperkenankan adanya perobahan. Seorang filsuf yang hidup di desa berucap,”Bila saya bertemu dengan seseorang yang berkata bahwa ia tidak pernah merobah pandangannya dalam 25 tahun, maka saya akan senantiasa menganggapnya sebagai orang yang bersikap liberal.”
4. Melakukan pendekatan terhadap sesuatu tanpa menggunakan daya cipta
Rasa bosan yang mencekam. Seorang mahaguru di bidang ilmu danimika yang kreatif bersepakat dengan para hadirin untuk memperbincangkan selama beberapa menit apa-apa menyebabkan orang berucap,”Duillah” oleh karena mereka merasa dihinggapi penyakit bosa. Ia mengemukakan sejumlah daftar tindakan manusia yang boleh dikata dipandang orang pasti membosankan, akan tetapi penyebabnya Cuma oleh karena mereka itu tidak menanganinya secara kreatif. Padahal kebosanan itu tak perlu terjadi jika sekiranya mereka menggunakan daya cipta mereka, kepribadian mereka sendiri yang penuh dinamika, dan mereka itu. Disini kita kemukakan beberapa hal yang dihasilkan oleh pertukaran pikiran kelompok itu: