Pada kesempatan yang berbahagia ini marilah kita sekalian meningkatkan kualitas keimanan dan takwa kepada Allah, hingga kita sekalian nantinya akan meraih kebahagiaan duniawi maupun ukrawi.
Asal mulanya seluruh mausia dilahirkan dalam keadaan mulia, adapun yang menyebabkan sirnanya kemuliaan itu tidak taatnya syariat islam. Seseorang hamba bisa meraih kembali kemuliaan hidupnya, pada masa kina ataupun esok, yakni diakhirat kelak. Dan untuk meraih seperti hal diatas, tiada lain kecuali hanya dengan menjalankan pengabdiannya, dan didalam pengabdiannya tadi hanya mencari ridha Allah.
Adapun bayaha dari berbuat maksiat terhadap jiwa, hati dan jasmani manusia tidaklah sedikit. Dan hanya Allah sajalah yang berhak mengetahui semuanya, diantaranya:
- Perbuatan maksiat adalah merupakan warisan yang penuh pernah diazab.
- Terjadinya maksiat disana sini yang kian bertambah marak ini, adalah merupakan kaum yang berpakaian dari umat-umat terdahulu itu merupakan musuh dan durhaka kepada Allah swt.
بُعِشْتُ بِالسَّيْفِ بَيْنَ يَدَ يَّ السَّا عَهَِ حَتَّى يُعـبَدَاللهُ وَحْدَ هُ لاَشَـرِيْكَ لَهُ وَجُعِلَ رِزْ قِىْ تَحْتَ ظِلِّ رُمْحِى َوَجُعِلَ الَذِِّ لَّهَُ وَالصَّغَا رُعَلَىَ مَنْ خَا لَفَ اَ مْرِيْ وَ مَنْ تَشَــبَّهَ بِقَوْ مٍِـ فَهُوَ مـنْهـُمْ
Artinya:
Aku diutus membawa pedang mendekati hari kiamat sehinga hanya Allah yang tunggal, yang di sembah tak ada sekutu bagi-Nya. Dan rezekinya dijadikn berada dibawah bayang-bayang tombakku, kehinaan dan kerendahan berlaku bagi orang-orang yang menyalahi perintahku, barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk golongannya.
Demikianlah menurut sabda Nabi, dan dimana akhir-akhir ini, dari hari ke hari bertambah marak dan meningkat apa yang dinamakan maksiat ataupun ikut-ikutan. Demikian pula mencontoh cara dan model pakaian yang ia pakai persis apa yang dipakai oleh umat yang durjana, yang menjadi musuh Allah. Padahal menurut hadits nabi di atas, barang siapa yang meniru atau menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongannya.
Kemudian bahaya maksiat selanjutnya yaitu: bisa melenyapkan dan menghilangkan rasa malu. Malu sebagian dari iman. Malu merupakan pangkalan kebajikan, jikalau rasa malu sudah hilang, maka hilanglah semua kebajikannya. Dalam sebuah kitab shahih disebutkan. Rasullulah saaw. Bersabda:
اَلحـَيَاءُ خَيُرُ كُلُّهُ
Artinya: Malu itu merupakan kebaikan seluruhnya.
Hadists ini diriwayatkan oleh bukhari.
إذَ الَمْ تَسَتَحَ فاَ صْـنَعْ مَا شِـتَ
Artinya:
Jika kamu tidak merasa malu, berbuatlah sesukamu
Dan berbahaya berbuat maksiat yang terakhir, yaitu dengan maksiat dikerjakannya, maka bisa menutup hati yang mengerjakan tadi, kenapa bisa terjadi demikian, tiada lai jawabannya adalah disebabkan tidak memperoleh hidayah dari Allah swt., sehingga hatinya gelap tak bersinar dan tak bisa menerima nasehat-naset agama. Demikian juga mereka termasuk golongan orang-orang yang lalai. Berkaitan dengan hal ini, marilah saudara-saudaraku sekalian yang seiman dan seagama, kita perhatikan firman Allah pada aurat AL-Muthaffifin ayat 14 yang berbunyi:
كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Sekali-kali tidak (demikian) sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.
Menurut imam Hasan: Beliau berkata: Sebagian dosa yang berlapis dosa hingga mampu membutakan hati. Dan menurut ulama yang lain berkata: bahwa ketika dosa dan maksiatnya telah bertumpuk, hatinya pun sudah tertutup. Dan pada awalnya kotoran hati timbul akibat dari kemaksiatan. Dan berakhirnya kemaksiatan itu sendiri tiada lain itu kecuali hanya, bila si pelaku itu meraih dan mendapatkan hidayah dari Allah swt.
Jika tak meraih hidayah-Nya, maka sang hamba akan disetir kedalam lembah kehinaan buat selama-lamanya.
Demikianlah kami kira sudah cukup uraan ini. Dan marilah kita selalu ingat kepada Allah swt., serta memohon perlindungan-Nya. Semoga kita termasuk hamba-Nya yang selalu taat akan perintah-perintah-Nya.
Akhirul kalam. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.