Hakikat Perkembangan Sosial

Hakikat Perkembangan Sosial

Hakikat perkembangan sosial akan dibahas dalam beberapa bagian, yaitu pengertian perkembangan sosial, perilaku sosial siswa usia sekolah dasar, faktor–faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak dan pengaruh perkembangan sosial terhadap tingkah laku.

Pengertian Perkembangan sosial
Dalam kehidupannya, manusia akan terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Istilah perkembangan seringkali digandengkan dengan pertumbuhan dan kematangan. Ketiganya memang mempunyai hubunan yang sangat erat. Pertumbuhan dan perkembangan pada dasarnya merupakan perubahan, yaitu perubahan menuju ke tahap yang lebih tinggi atau lebih sempurna. Menurut Santrock dan Yussen (Budiamin dkk, 2006: 2), ‘perkembangan adalah pola perubahan individu yang berawal pada masa konsepsi dan terus berlangsung sepanjang hayat’. Sedangkan Syamsu Yusuf (Budiamin dkk, 2006: 124) menyatakan bahwa ‘perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial’. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi ; meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama.

Perilaku Sosial Siswa
Dalam perkembangan menuju kematangan sosial, siswa mewujudkan dalam bentuk-bentuk interkasi sosial. Menurut Syamsu Yusuf (2000) dalam Budiamin dkk (2006: 125) diantaranya sebagai berikut.

a. Pembangkangan (Negativisme)
Bentuk tingkah laku melawan. Tingkah laku ini terjadi sebagai reaksi terhadap penerapan disiplin atau tuntutan orang tua atau lingkungan yang tidak sesuai dengan kehendak anak. Sikap orang tua terhadap anak seyogyanya tidak memandang pertanda mereka anak yang nakal, keras kepala, tolol atau sebutan negatif lainnya, sebaiknya orang tua mau memahami sebagai proses perkembangan anak dari sikap dependent menuju kearah independent.

b. Agresi (Agression)
Yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun kata-kata (verbal). Agresi merupakan salah bentuk reaksi terhadap rasa frustasi ( rasa kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan atau keinginannya). Biasanya bentuk ini diwujudkan dengan menyerang seperti ; mencubit, menggigit, menendang dan lain sebagainya. Sebaiknya orang tua berusaha mereduksi, mengurangi agresifitas anak dengan cara mengalihkan perhatian atau keinginan anak.

c. Berselisih (Bertengkar)
Sikap ini terjadi jika anak merasa tersinggung atau terganggu oleh sikap atau perilaku anak lain.

d. Menggoda (Teasing)
Menggoda merupakan bentuk lain dari sikap agresif, menggoda merupakan serangan mental terhadap orang lain dalam bentuk verbal (kata-kata ejekan atau cemoohan) yang menimbulkan marah pada orang yang digodanya.

e. Persaingan (Rivaly)
Yaitu keinginan untuk melebihi orang lain dan selalu didorong oleh orang lain. Sikap ini mulai terlihat pada usia empat tahun, yaitu persaingan prestise dan pada usia enam tahun semangat bersaing ini akan semakin baik.

f. Tingkah laku berkuasa (Ascendant behavior)
Yaitu tingkah laku untuk menguasai situasi sosial, mendominasi atau bersikap bossiness. Wujud dari sikap ini adalah ; memaksa, meminta, menyuruh, mengancam dan sebagainya.

g. Mementingkan diri sendiri (selffishness)
Yaitu sikap egosentris dalam memenuhi interest atau keinginannya.

h. Simpati (Sympaty)
Yaitu sikap emosional yang mendorong individu untuk menaruh perhatian terhadap orang lain mau mendekati atau bekerjasama dengan dirinya.

i. Kerja sama (cooperation)
Yaitu sikap mau bekerja sama dengan kelompok terutama dengan teman-temannya.


Artikel Terkait
share this article to: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Posted by Srima Pom Mini, Published at 14.37