Makalah singkat ini mencoba mengungkap makna education, Tarbiyah, pendidikan yang terkadang dimaknai secara sempit. Makalah ini akan memberikan gambaran perbedaan makna tarbiyah, ta’lim, tadris, tahdzib, Ta’dib dan tadrib dengan menampilkan pendapat-pendapat para pakar pendidikan baik dari literatur barat maupun timur. Pembahasan makalah ini dimulai dengan pengertian pendidikan dari tinjauan etimologis dan terminologis untuk mengantarkan pembahasan pada hakikat pendidikan.
Kata pendidikan, pendidik, guru dan pengajar, telah menjadi pembicaraan, bahkan pembahasan kita sehari-hari. Namun demikian, masih terjadi kekeliruan dalam mengartikan sesuai dengan hakikatnya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, marilah kita gali konsep yang tepat tentang pendidikan tersebut. Pendidikan diartikan sebagai proses kegiatan mengubah perilaku individu ke arah kedewasaan dan kematangan.
Dalam mekanisme pendidikan, ada proses, proses kegiatan, kegiatan ; perilaku yang dikembangkan meliputi sikap, ketrampilan, pengetahuan; subjek-subjek pelaku, meliputi individu, anggota masyarakat, peserta didik, orang yang lebih tua.
Pendidikan sebagai proses perilaku, secara alamiah berjalan spontan. Namun apabila kita menghendaki pendidikan yang terarah, harus melalui perncanaan, perancangan, pemrograman atau berdasarkan kurikulum/program yang telah dirumuskan terlebih dahulu. Oleh kerena itu, proses yanng ditempuh oleh pelaksana pendidikan itu juga sangat terbuka mulai keluarga (informal), masyarakat (non formal) dalam lembaga/sekolah (formal). Subjek dan objek pendidikan juga sangat terbuka mulai dari diri sendiri, anggota keluarga, anggota masyarakat, murid, mahasiswa.
Pendidikan merupakan transfer of knowledge, transfer of value dan transfer of culture and transfer of religious yang semoga diarahkan pada upaya untuk memanusiakan manusia. Hakikat proses pendidikan ini sebagai upaya untuk mengubah perilaku individu atau kelompok agar memiliki nilai-nilai yang disepakati berdasarkan agama, filsafat, ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan. Menurut pandangan Paula Freire pendidikan adalah proses pengaderan dengan hakikat tujuannya adalah pembebasan. Hakikat pendidikan adalah kemampuan untuk mendidik diri sendiri. Dalam konteks ajaran Islam hakikat pendidikan adalah mengembalikan nilai-nilai ilahiyah pada manusia (fitrah) dengan bimbingan Al-Quran dan As-Sunnah (Hadits) sehingga menjadi manusia berakhlakul karimah (Insan Kamil) Dengan demikian hakikat pendidikan adalah sangat ditentukan oleh nilai-nilai, motivasi dan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Maka hakikat pendidikan dapat dirumuskan sebagi berikut:
- Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbangan antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidik.
- Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan yang mengalami perubahan yang semakin pesat.
- Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat.
§ Menurut ahli biologi : Pendidikan adalah adaptasi.
§ Menurut ahli psikologi : Pendidikan sinonim dengan belajar.
§ Menurut ahli Filsafat : Pendidikan lebih mencerminkan aliran-aliran yang dimilikinya dan sebagainya.
Menurut Brown pendidikan adalah proses pengendalian secara sadar dimana perubahan-perubahan didalam tingkah laku dihasilkan didalam diri orang lain itu melalui kelompok dari pandangan ini berarti pendidikan adalah suatu proses yang mulai pada waktu lahir dan berlangsung sepanjang hidup.
Menurut Brown ada 3 plaku pendidikan yaitu :
- Lembaga-lembaga pendidikan formal. Misalnya : sekolah lembaga-lembaga ke agamaan, musium, perpustakaan, rekreasi dll
- Kelompok-kelompok yang terorganisir yang mempunyai fungsi pendidikan yang penting.
- Organisasi-organisasi yang bersifat kormesial dan industri. Misalnya toko-toko, industri dan perkebunan.
Pendidikan sebagai proses kegiatan pemberdayaan manusia peserta didik menjadi sumber daya (SDM) yang cocok untuk segala lingkungan dan perkembangan jaman dan harus di landasi oleh nilai-nilai yang sesuai dengan hakikat manusia selaku makhluk sosial budaya. Oleh karena itu pendidikan harus dilandasi oleh nilai-nilai agama, filsafat dan moral pembahsan tentang landasan-landasan akan dipaparkan secara berikut :
1. Landasan Agama
Berdasarkan keyakinan kita masing-masing, agama merupakan wahyu Tuhan Yang Maha Kuasa yang di turunkan untuk menjadi landasan hidup bagi kehidupan manusia sampai akhir zaman. Agama sebagai landasan pendidikan, bukan hanya berlaku pada pendidikan formal di lembaga pendidikan TK/RA, SD/MI, SLTP/MTs, SLTA/MA dan Perguruan Tinggi. Melainkan juga harus melandasi pendidikan dalam keluarga informal dan di masyarakat non formal.
Negara Republik Indonesia telah mengakui lima Agama yaitu : Islam, Katolik, Kristen Protestan, Hindu dan Budha sebagai Agama resmi.
2. Landasan Filsafat
Pendidikan suatu proses kegiatan pemberdayaan manusia menjadi SDM yang berkualitas, harus dilandasi oleh sifat dan sikap yang arif serta bijaksana, sifat dan sikap yang demikian, selain terbina dari pengalaman serta pendikikan, juga berasal dari hasil perenungan melalui pikiran yang mendalam tentang hal-hal baik yang dipertentangkan dengan hal-hal buruk, kejujuran dengan kebohongan, dan seterusnya.
Filsafat sebagia suatu kajian yang mendasasr, tidak hanya mengungkapkan hal-hal yang terlihat kasat mata, melainkan lebih mendalam lagi.
3. Landasan Budaya
Manusia sebagai makhluk hidup, telah difitrahkan menjadi makhluk budaya. Namun demikian, karena meninggalkan perilaku sebagai makhluk budaya yang beradab dewasa ini, menunjukan perilaku yang lebih buas dsari srigala.
Sadisme, premanisme, brital menjadi hakim sendiri, merampok, mengalahkan segala cara, dan lainnya, telah menjadi perilaku sebagian makhluk yang disebut manusia. Manusia “keluar” dari sifat, sikap dan nurani kemanusiaan yang manusiawi. Manusia cenderung “keluar meninggalkan” fitrahnya sebagai makhluk budaya.
Budaya yang melekat pada diri manusia sebagai hasil karsa, raasa, cita, citra dan karya, menjadi karakter manusia dalam kehidupan bermasyarakat, dalam bentuk kebudayaan. Perubahan yang bertahap dialami oleh setiap makhluk, termasuk oleh manusia, membawa perubahan tatanan budaya, juga dalam mekanisme evolusi budaya. Evolusi ini, tidak keluar dari konteks manusia sebagai suatu kelompok, atau dengan perkataan lain, budaya termasuk evolusinya ada dalam tatanan yang disebut masyarakat.
4. Landasan Moral
Agama, filsafat dan budaya sebagai sumber nilai bagi individu dan masyarakat, penampilannya muncul dari perilaku, perbuatan serta tindakan manusia dalam bentuk reaksi emosional, interlektual, spiritual, sosial dan ketrammpilan terhadap lingkungannya. Tinggi rendahnya kualitas reaksi manusia terhadap lingkungan tadi, sangat dipengaruhi oleh kadar dan bobot etika serta moral yang melekat pada diri manusia yang bersangkutan. Kualitas bobot dan kadar tersebebut, tepulang pada pendidikan sebagai proses serta kegiatan yang dialami individu masing-masing.
Asas-Asas Pendidikan
Proses, kegiatan dan pelaksanaan pendidikan yang bertujuan menanamkan nilai-nilai ke dalam budi seseorang,
1. Asas Pendidikan Sepanjang Hayat
Perubahan perilaku individu pada umumnya, berlangsung secara bertahap dan berkesinambungan. Proses kematangan mulai dari masa bayi, balita, batita, usia sekolah, remaja, dewasa sampai lanjut usia atau tua, berlangsung terus sesuai dengan perkembangan mental, psikolog dan spiritual masing-masing. Penyimpangan yang terjadi pada individu tertentu, terutama pada pribadi yang genius, hanyalah kasus dari sekian ribu orang.
Penerapan dan pengembangan asas pendidikan sepanjang hayat, sesuai dengan perkembangan alamiah yang terjadi pada diri tiap orang. Hakikat yang demikian itu, harus diketahui dan didasari oleh para pendidik, mulai dari orang tua, orang yang tua, orang yang lebih tua, guru, tokoh masyarakat dan para pemimpin. Secara wajar, proses pendidikan itu bertahap, berkesinambungan, sampai akhir hayat. Dalam arti luas, pendidikan itu dilakukan diri sendiri, oleh atau dari (alamiah), oleh orang tua, dan oleh oranng-orang yang dikatagorikan sebagai pendidik.
2. Asas Kasih Sayang
Tiap waktu dan tiap kesempatan, kita selalu mulai dengan mengucapkan “atas nama tuhan yang maha pengasih dan penyayang”, maka kasih sayang itu, harus menjadi bagian yang melekat pada diri kita masing-masing. Atas dasar sifat ksih sayang yang menjadi salah satu kodrat tuhan yang maha kuasa, kita berupaya menjadikan dan menerapkan asas kasih sayang dalam pendidikan.
Dalam proses dan kegiatan pendidikan, hubungan serta suasana yang kita kembangkan, dalam konteks interaksi edukatif. Hubungan antara pendidik dengan peserta didik, dibina dalam suasana kasih sayang yang terarah pada pembentukan kepribadian, dengan menanamkan nilai-nilai yang bermakna dalam kehidupan untuk hidup nyaman, aman, damai dan sejahtera. Suasana dan hubungan kehidupan yanng lebih luas, maka kita berpegang serta menerapkan asas-asas :
§ Mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa
§ Berbakti kepada orang tua
§ Menghormati orang yang lebih tua dan orang yang dituakan
§ Menghargai sesama
§ Menyayangi orang yang lebih muda
Suasana dan hubungan interaksi edukatif antara pendidikan dengan peserta didik, terjalin dalam kasih sayang, dalam mekanisme ini, pendidik berinteraksi dengan peserta didik yang dikategorikan lebih muda yang secara kelender memang lebih muda, dan atau karena ststus serta posisinya ditetapkan sebagai pihak yang lebih muda. Dengan demikian, dalam proses dan kegiatan pendidikan asas kasih sayang menjadi salah satu asas utama.
3. Asas Demokrasi
Demokrasi dapat dartikan sebagai suatu filsafat, atau sistem sosial yang menekankan kepada partisipasi pengawasan yang proprosional terhadap kehidupan suatu komunitas oleh para anggotanya yang berlandaskan kepedulian masing-masing sebagai umat manusia dengan mengabaikan kualitas, pangkat, status atau posisinya masing-masing.
Dalam suasana demokrasi seperti ini, dua pihak, pendidik dengan peserta didik setara sebagai umat manusia, namun “berbeda” dalam fungsi, peranan, hak dan kewajiban mengisi mekanisme proses kegiatan pendidikan. Perlakuan demokratis dari pendidik kepada peserta didik, menjadi acuan, dalam rangka membentuk serta mengembangkan SDM yang bersikap mental demokrasi. Dlam proses krgiatan pendidikan, penerapan asas demokrasi ini, tentu saja “situsional”, dengan pengertian, keseluruhan proses interaksi edukatif itu demokratis, namun pada situasi-situasi tertentu yang menghendaki, pendekatan “otoriter” dapat diterapkan.
4. Asas Keterbukaan dan Transparasi
Keterbukaan sebagai suatu konsep, berbeda dengan konsep transparansi. Namun demikian, diantara keduanya ada keterkaitan yang erat, bahkan dalam hal-hal tertentu dapat dikatakan “berimpit”. Oleh karena itu, sebelum kita kembangkan dan terapkan keterbukaan dan transparansi sebagai suatu asas dalam pendidikan.
Keterbukaan sebagai phenomena yang berkenan dengan prilaku manusia, dapat terkait dengan hati nurani, kebijakan dan suatu keputusan. Keterbukaan yang melekat pada hati nurani seseorang, atau bahkan pada diri kita masing-masing, berarti dalam diri kita itu “tidak ada rahasia” yang disembunyikan. Apa yang ada dan terjadi dalam diri kita, terbuka untuk diketahui oleh pihak atau orang lain.
5. Asas Tanggung Jawab
Segala sesuatu yang kita lakukan dalam kehidupan untuk mencapai keberhasilan tertentu, termasuk pendidikan, hakikatnya adalah suatu tanggung jawab. Kita melakukan dan mengerjakan suatu tanpa tanggung jawab dapat mengakibatkan hal-hal tidak kita harapkan, atau tegasnya menimbulkan masyarakat. Hidup dan kehidupan yang kita yakini sebagai ibadah, memilliki makna yang mendalam dilandasi oleh tanggung jawab.
Secara luas dan menyeluruh, tanggung jawab itu meliputi tanggung jawab kepada diri sendiri, kepada keluarga, kepada masyarakat, dan akhirnya pada Al Khalik Yang Maha Kuasa, jika perbuatan, perilaku, dan tindakan kita itu dilandasi oleh tanggung jawab kepada segala pihak yang berhadapan dengan kita, insya Allah, kita akan selalu ada di jalan yang benar.
6. Asas Kualitas
Suatu pekerjaan, perilaku, perbuatan, dan tindakan yang berkualitas, tidak dapat dilepaskan dari sifat serta sikap kasih sayang, demokratis, keterbukaan dan transparasi, serta tanggung jawab. Begitulah pula jika kita bicara tentang pendidikan yang berkualitas. Dengan demikian, asas kualitas dalam proses dan kegiatan pendidikan, dapat dikatakan sebagai muara dari asas-asas pendidikan sepanjanng hayat, kasih sayanng, demokrasi, keterbukaan dan transparasi serta tanggung jawab dengan mengembangkan dan menerapkan asas kualitas pada proses kegiatan pendidikan, secara ideal kita mampu menciptakan SDM yang berkualitas.
Proses kegiatan pendidikan yang secara ideal bertujuan menciptakan SDM yang berkualitas seperti yang dideskripsikan diatas, mau tidak mau harus barlandaskan asas kualitas dalam segala perangkat, kerja dan kinerjanya.
7. Panca Darma Taman Siswa
Mengembangkan lima asas dalam pendidikan yang di konsepkan sebagai panca darma, yang meliputi asas-asas kodrat alam, kemerdekaan, kebudayaan, kebangsaan, dan kemanusiaan. Untuk membandingkan, bahkan melengkapi asas-asas yanng telah kita bahas. Marilah kita lihat secara rinci panca darma taman siswa. Uraian pokoknya dapat di ikuti dibawah ini.
a. Asas Kodrat Alam
Semua mahluk baik yang hidup maupun yang tidak hidup. Mahluk apapun mengalami perkembangan dan perubahan. Manusia berdasarkan kodratnya tumbuh dalam rahim ibu, lahir sebagai bayi sampai akhirnya meninggal dunia. Namun demikian, sesuai dengan kodratnya manusia berbeda dengan makhluk lainnya yaitu dikaruniai akal dan pikiran yang berkembang dan dapat dikembangkan. Pengembangan kemampuan manusia secara disengaja dan direncanakan itulah yang dikonsepkan sebagai “Pendidikan”. Sesuai dengan kodrat alam, pendidikan melayani dan mengembangkan potensi peserta didik sejak lahir.
b. Asas Kemerdekaan
Sesuai dengan kodrat alam, bayi pad waktu lahir, dapat dikatakan tidak berdaya, sepenuhnya bergantung pada orang lain, taitu orang tua, terutama ibu. Namun demikian, sesuai juga dengan kodrat alam, individu yang lahir dengan berbagai potensi, dari waktu kewaktu mengalami perkembangan. Pada usia tertentu, ia mencapai tingkat kemandirian. Perkembangan mencapai derajat kemandirian berlangsung melalui proses yang kita konsepkan sebagai belajar secara spontan maupun dengan bimbingan.
Individu dengan potensinya, merupakan sosok yang memiliki kebebasan yang mengarah kepada “Kemerdekaan”. Pencapaian taraf kemerdekaan ini, melalui perjuangan yang disebut belajar. Perkembangan belajar dari waktu kewaktu, dari tahap ketahap berikutnya, dari satu jenjang ke jenjang yang lainnya.
Memberikan makna kepada kebebasan, menjadi kemerkaan yang hakikatnya tidak lain adalah kebesan yang dilandasi tanggung jawab. Oleh karena itu, proses kegiatan pendidikan yang berpegang pada asas kemerdekaan, berarti memberikan kebebasan kepada peserta didik. Untuk mengembangkan potensinya menjadi kemampuan, dalam suasan yang penuh dengan tanggung jawab.
c. Asas Kebudayaan
Dalam kodratnya, manusia itu sebagai “makhluk budaya”. Oleh karena itu, kebudayaan merupakan bagian yang melekat pada diri manusia. Dengan demikian, pengembangan dan penerapan asas kebudayaan ada proses kegiatan pendidikan, suatu kewajaran yang sesuai dengan kodrat manusia sendiri.
Budaya itu meliputi aspek yang luas yang melekat dalam diri individu atau kelompok, sebagai hasil pengembangan akal pikiran manusia yang berlangsung turun temurun. Sehingga budaya tidak dapat dipisahkan dari manusia dalam konteks kelompok atau tidak dapat dipisahkan dari masyarakat.
d. Asas Kebangsaan
Pengembangan dan penerapan “asas kebangsaan” pada proses kegiatan pendidikan Indonesia, selain berdasarkan fakta, juga mengandung “kebhinekaan” atau “kemajemukan"yang menjadi salah satu ciri utama bangsa Indonesia. Bahwa kebhinekaan itu telah melekat pada diri masyarakat bangsa Indonesia.
Menurut Siswono Yudhosodo menyatakan bahwa rasa kebangsaan adalah kesadaran berbangsa yaitu kesadaran untuk bersatu sebagai suatu bangsa yang lahir secara alamiah karena sejarah, karena aspirasi perjuangan masa lampau, karena kebersamaan kepentingan, karena senasib sepenanggungan dalam menghadapi masa lalu dan masa kini dengan kata lain kebangsaan itu adalah perekat yang mempersatukan dan memberi dasar kepada jati diri kita sebagai bangsa.
e. Asas Kemanusiaan
Kita telah membahas empat asas dari lima asas panca darma perguruan taman sisiwa, yang merupakan wawasan pendidikan Ki Hajar Dewantara. Dari empat asas yang telah kita kembangkan, selanjutnya berdasarkan makna yang kita hayati, akhirnya bermuara kepada kemanusiaan. Oleh karena itu, berdasarkan penalaran intelektual, emosional, dan spiritual, apa yang telah diurutkan Ki Hajar dewantara, sangat tepat. Selanjutnya, marilah kita kembangkan pembahasan asas kemanusiaan itu lebih lanjut.
Penerapan asas kemanusiaan dalam proses kegiatan pendidikan, memiliki makna menanamkan dan mengembangkan nilai-nlai kemanusiaan pada diri pesertra didik. Melalui proses ini, peserta didik dibimbing dan dibina dirinya untuk mengenal serta menyadari diri sendiri, orang lain mulai dari lingkungan keluarga, para tetangga, bangsa, sampai pada masyarakat dunia, secara bertahap sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Melalui asas kemanusiaan, peserta didik dibimbing menyadari harga dan martabat diri, serta nilai kemanusiaan yang secara kodrati melekat pada menusia dengan kehidupannya selaku umat yang sederajat atau sama dihadapan Tuhan.
Makna Pendidikan Memperdayakan Sumber Daya Manusia
Pada awal Bab lll, telah kita bahas bahwa “pendidikan diartikan sebagai proses kegiatan mengubah perilaku individu ke arah kedewasaan dan kematangan” makna kedewasaan pada konotasi ini, tidak terbatas hanya pada usia kalender, melainkan lebih berbobot mental-spiritual, sikap, nalar, baik intelektual maupun emosianal, sosial dan emosional. Dengan demikian, pada tingkat dan bobot kedewasaan ini, terungkap pula kematangannya dalam berucap, berpikir, berperilaku dan membuat keputusan. Kita yakin seyakin yakinnya, dalam pencapaian kedewasaan dan kematangan tadi, kuncinya terletak pada kinerja pendidikan dalam arti yang seluas-luasnya, pendidikan yang tidak hanya terbatas pada pendidikan persekolahan (pendidikan formal).
1. Makna Pemberdayaan
Melalui proses pemberdayaan, peserta didik digiring dan di bimbing menjadi SDM yang memiliki visi, sadar bahwa hidup dan kehidupan itu berpijak diatas realita dimanapun kita hidup selalu berhadapan dengan orang lain, serta dalam mengahadapi kehidupan yang penuh dengan tantangan ancaman hambatan gangguan, harus menampilkan diri sebagai orang yang berani.
Dalam proses pemberdayaan diri terutama pada peserta didik harus berpijak diatas realita, kehidupan yang sedang kita jalani ini juga penuh persaingan, tantangan gangguan hambatan dan ancaman bahkan juga sangat beresiko itulah realita sesungguhnya yang kita hadapi.
2. Pendidikan Sebagai Proses Pemberdayaan
Ketidakberdayaan individu dan kelompok terletak pada keterbelenggunya dalam aspek-aspek sosial budaya, sosial ekonomi, sosial psikologi dan sosial politik.
Reformasi pendidikan sebagai tuntunan perkembangan kualitatif dan pertumbuhan kuantitatif kehidupan, harus beramni mengubah strategi, dari pendekatan kuantitatif ke pendekatan kualitatif. Penerapan dan pengembangan metodologi yang bobotnya kualitatif harus menjadi pilihan untuk memenuhi tuntunan reformasi pendidikan.
Sesuai dengan pembahasan yang telah dipaparkan, maka kami sebagai penyusun dapat menyimpulkan, diantaranya sebagai berikut:
- Hakikat pendidikan merupakan suatu proses kegiatan mengubah perilaku individu ke arah kedewasaan dan kematangan dalam arti yang seluas-luasnya, baik melalui pemberdayaan dan rekayasa, maupun pembebasan dari belenggu kebodohan, kemiskinan, rendah diri.
- Pendidikan sebagai proses kegiatan, terutama diindonesia, dan landasan pokoknya melekat pada agama, filsafat, budaya, dan moral.
- Asas-asas yang diterapkan pada proses serta kegiatan pendidikan, meliputi pendidikan sepanjang hayat, kasih sayang, demokrasi, keterbukaan dan transparasi, tanggung jawab serta kualitas
- Panca darma sebagai asas pendidikan, yang meliputi asas kodrat alam, kemerdekaan, kebudayaan, kebangsaan dan kemanusiaan. Panca darma dapat memperkuat asas pendidikan.
Ahmadi, Abu. 2007. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : PT RINEKA CIPTA.
www. Google. com