Demikian dialog penggalan sederhana yang terjadi di suatu hari antara seorang suami dengan sang isteri, tiada lain, sesosok yang mulia, penuh keteladanan, hidup dengan pola sangat sederhana serta menerima apa yang Allah berikan sekaligus menjadikan bahwa apa yang menimpanya (kekurangan dan kelebihan) adalah kasih sayang Allah serta pemberian terbaik dari-Nya.
Pola hidup sederhana, serta karakter dan jiwa lapang untuk bisa menerima apa yang Allah berikan kepada kita sangat sulit untuk di praktekkan. Apalagi dalam urusan rumah tangga. Seorang pemuda bisa saja membuat pola hidup sederhana, tetapi tidak terjamin kesederhanaannya jika sudah memiliki isteri. Demikian juga seorang akhwat, bisa saja menerima apa yang Allah berikan sebagai hal terbaik baginya, tetapi sangat tidak mudah ketika sudah mempunyai suami.
Suami isteri bisa saja membuat kesepakatan untuk menciptakan pola hidup sederhana, tetapi begitu berhadapan dengan sang mertua, sang anak, sang adik ipar dan se abreg orang-orang dekat lainya dalam kehidupan berumahtangga, tidak bisa dijamin. Kadangkala, mampu dan tidaknya membuat pola hidup sederhana juga sangat dipengaruhi oleh tetangga kita sendiri. Semakin banyak keterkaitan nasabiyah kita, maka tantangan hidup pun semakin banyak, diantaranya kita sulitnya kita membuat pola hidup sederhana.
Apalagi, dalam dunia kekinian yang semakin kompleks dan mengglobal, ketika tidak ada lagi tapal batas antara si kaya dan si miskin, antara warga desa dan kota dan antara pejabat dan rakyat. Nyaris, hindonisme atau gaya hidup itu menjadi milik dan haq bersama. Kini yang pergi ke mall bukan hanya orang kaya, karena orang miskin pun punya peluang dengan berbagai caranya. Fasilitas hidup pun semakin mudah untuk di peroleh ; pakaian, makanan, kendaraan, tempat tinggal serta fasilitas hidup lainnya. Para konsumen tidak lagi perlu pergi ke pasar dan toko, tapi para pedagang datang kerumah kita.
Ita juga tidak perlu merogoh saku untuk keperluan uang belanja kita, tapi cukup dengan kartu kredit, duit pun dengan sendirinya datang.
Jika kita tidak memiliki pola hidup sederhana, maka kehidupan pun akan direndung terus dengan berbagai kekurangan dan ketidaksempurnaan. Walau pun suatu kebutuhan sudah maksimal dan tercapai, tapi keinginan untuk yang lainya terus menggebu, dan pada akhirnya kepuasan batin pun tidak ada.
Jika demikian, maka orang akan mencari dan berupaya agar hidupnya terpenuhi, berbagai hal ia lakoni, dari mulai yang tidak bisa sampai persoalan luar biasa. Bahkan sedikit demi sedikit rasa takutnya akan terkikis, dan muncullah nilai-nilai keberanian. Bukan hanya berani berutang dan meminjam tapi suatu saat bukan tidak mustahil sulit membedakan antara yang halal dan yang haram yang hak dan yang bathil. Dan secara demikian, maka rasa malu pun akan hilang “jika kamu tidak merasa malu maka lakukanlah apa yang kau mau”, demikian Rasullulah menggambarkan dalam haditsnya.
Banyak hal yang mendorong seseorang untuk tidak memiliki pola hidup sederhana. Pertama, lemahnya iman dalam menerima apa yang Allah berikan kepada kita. Sehingga seringkali memaksa kehendak kita dari pada menerima ketentuan Allah swt. Dan akhirnya selalu menjadi target dalam kehidupan. Beragam cara dilakukan untuk menempuh jalur hidup royal, glamour dengan di bumbui budaya konsumerisme lainya. Kedua, sikap mental yang lemahdalam melakni kehidupan. Tidak menjadi orang yang bersyukur ketika rekan, saudara dan tetangganya mendapatkan anugrah, ia pun tidak mau ketinggalan. Apa yang orang lain miliki, selalu mengantarkan sifat penasaran bahwa dirinya juga harus memiliki, mlahan tanpa pertimbangan fungsi dan kegunaan. Sehingga banyak barang dirumah kita yang kurang bahkan sama sekali tidak memberikan nilai manfaat. Ketiga, pola hidup hemat yang sudah hilang. Seringkali uang kita tidak betah jika tidak ada disaku atau di dompet. Pada akhirnya, kita juga sering terjebak, membeli barang barang yang tidak direncanakan dan tidak sesuai dengan kebutuhan kita. Pola menghemat uang dengan cara menabung atau menyipannya sulit untuk dilakukan. Keempat, manjemen keuangan keluarga yang salah. Memenuhi berbagai kebutuhan keluarga sudah merupakan kewajiban, tapi jika salah dalam membuat pola kebijakan dan menejemennya, maka kita pun akan kerepotan. Tidak semestinya belanja itu ke super maket, kalau memang di pasar di pasar juga ada. Tidak mesti beli yang besar, kalau dengan yang kecil juga akan memadai. Juga tidak perlu terjebak dengan merek, tokh kata iklan juga kita tidak akan emakan mereknya.
Demikian juga dengan menyekolahkan anak, tidak mesti masuk sekolah favorit, yang terkesan hanya untuk kalangan tertentu, penuh gensi, tapi yang terpenting adalah bagaiman kita sebagai orangtua memberikan pengawasan terhadap anak kita.
Jika demikian, mari kita tanamkan pola hidup sederhana dalam membuat manajemen rumah tangga. Jadilah seorang suami, isteri, orang tua, anak, menantu, pembantu dan siapa pun kita berpola hidup sederhana.
Banyak sekali kasu-kasus kejahatan dalam rumah tangga yang di timbulkan oleh anggota keluarga sendiri karena berawal dari rasa yang tinggi dan iodealisasi hidup yang irasional, dan penyebab utamanya karena betapa sulitnya membuat pola hidup sederhana.
Jauh-jauh hari Rasullulah saw telah mengingatkan kepada pra suami, para isteri, anak-anak dan kepada kita semua.
“makanlah, berpakaiaanlah, bersahadaqahlah tanpa berlebihan dan sombong”.Mari kita mulai dari diri kita dan keluarga dan diri kita untuk mendidik diri menuju sukses dalam rumah tangga, juga dalam menempuh pintu rahmat-Nya. Terimakasih
Baca juga artikel menarik tentang manfaat protein untuk tubuh manusia agar kita selalu sehat jasmani dan rohani.