Media Komunikasi Melalui Dongeng Bagi Pendidikan Anak

Media Komunikasi Melalui Dongeng Bagi Pendidikan Anak

Sebagian di antara kita mungkin masih ingat jika dahulu sebelum tidur, setelah shalat shubuh atau saat-saat senggang, orangtua mengantar kita dengan sebuah dongeng. Masih jelas dalam memori, kisah seekor kancil yang bisa memerdayai beberapa ekor buaya ketika ia akan menyebrang sungai atau kisah seekor kelinci yang mencuri mentimun petani. Meskipun hanya beberapa menit mendongeng, tapi saat-saat itu merasakan saat yang membahagiakan.

Kegiatan mendogeng adalah metode pendidikan dan media komunikasi yang paling tua, paling mura, mudah, efektif, dan sudah dikenal baik masyarakat. Bisa dilakukan menjelang tidur, disekolah di belakang rumah, di ruang makan, guru ke murid, dll, memiliki fungsi sosial artinya ada pesan positif yang di sampaikan seperti keteladanan, kesetiakawanan, kasih sayang, dll. Posisi dialogis dalam mendongeng mempererat hubugan emosi diatara orangtua dan anak.

Namun tentu saja dongeng tak hanya memberi fungsi sosial. Menurut salah seorang psikolog berbagai penelitian menunjukan bahwa mendongeng atau membacakan buku pada anak sejak dini dapat membantu penguasaan kemampuan membaca saat anak memasuki usia sekolah. Mendongeng atau membacakan buku pada anak memberikan sitmulasi bahasa dan gambar, memperkenalkan dengan bentuk dan pola bahasa tulis sehingga ia memiliki asosiasi positif dan motivasi kuat untuk belajar membaca. Penelitian melaporkan bahwa orang tua yang menggunakanlebih banyak bahasa dan pengulanagan kata saat membacakan buku pada anak akan memberi anak kemudahan dalam menguasai pelajaran membaca dikemudian hari. Oleh karena itu sejak tahun 1989 di Amerika Serikat para dokter anak mengebangakan program REACH OUT AND READ (ROR) yang bertujan mensosialisasikan kepada orang tua agar mereka membacakan buku pada anaknya mulai usia 6 bulan hingga 5 tahun. Mendongeng juga merupakan wadah yang luar biasa untuk mengembangkan kemampuan intelegensia dan kepribadian anak, karena dengan mendongeng anak mengabtraksikan secara bebas apapun yang didengarnya. Itulah yang dinamakan imajinasi. Artinya kebeasan menafsirkan simbol-sibol yang tumbuh tatakala anak mendengar dongeng. Para ahli mengemukakan bahwa imajinasi merupakan salah satu kebutuhan intrinsik bagi pertumbuhan anak, dan setiap anak pasti memilikinya, karena itu merupakan ciri khas anak. Pengembangan imajinasi pada anak menepati posisi penting dalam pedidikan bahkan menurut para pakar pendidikan, imajinasi merupakan unsur yang memungkinkan dan mendukung tumbuhnya kreativitas dan aktifitas. Hal ini dapat membingbing anak untuk berpikir ilmiah secara sistematis. Pada gilirannya akan membantu menumbuhkan kecerdasan serta mengembangkan kemampuan akalnya. Hal itulah yang terjadi pada penemu listrik Thomas Alva Edison. Semasa kecinya ia sering mendengar dongeng “pendekar listrik.” Dongeng juga memungkinkan ditemukannya tokoh identifikasi dan memungkinkan anak memperoleh semacam pedoman untuk berperilaku. Manfaat lain dari imajinasi dalam dongeng antara lain memudahkan seseorang untuk belajar geografi (memahami kejadian di tempat lain) dan sejarah (memahami kejadian diwaktu lain), memunginkan orang untuk melepaskan diri dari kesukaran atau untuk menyelesaikan konflik rill secara imajiner. Hal ini akan mengurangi ketenagaan psikis dan menjaga keseimbangan batin.

Bagi perkembangan anak, imajinasi juga dapat memberikan motivasi untuk meraih sesuatu. Ia memungkinkan manusia untuk menciptakan sesuatu yang di kejar, membentuk masa depan yang ideal dan berusaha merealisasikan. Pengembangan imajinasi pada anak bisa dilakukan dengan akhlak. Syaratnya, kandungan ceritanya jharus mudah dipahami, sesuai dengan umurnya, perasannya, mendorongnya melakukan kebaikan, dan berpegang teguh pada nilai-nilai agama. Pengembangan imajinasi juga bisa dilakukan dengan menceritakan cerita-cerita fisik ilmiah yang menggambarkan tentang berbagai inovasi dan masa depan. Masih banyak cerita-cerita yang bagus yang dapat dijadikan bahan dongeng anak-anak.

Misalnya kisah-kisah dalam sirah islami seperti kisah para nabi, sahabat, pahlawan islam, dll, atau kisah yang bermuatan teka-teki yang tidak bertentangan dengan akhlak. Untuk itu kita harus memilihkan cerita-cerita yang bisa meningkatkan kecaerdasan dan kreativitas untuk anak-anak. Namun pada saat yang sama juga cerita-cerita itu mengajarkan kasih sayang, keindahan dan akhlaq terpuji. Bukan malah merusak akal anak. Banyak cerita-cerita yang memanfaatkan cara berfikir yang salah kepada anak dan bertentangan dengan watak manusia seperti ultraman, superman, dll. Kisah-kisah seperti itu mengakibatkan persepsi salah pada anak tentang masyarakat tempat dia hidup dan masyarakat lainnya. Oleh karena itu ada 8 virus berbahaya yang harus dihindari ketika mendongeng yaitu: Takhayul, bid’ah, khurafat, porno, sadisme, fatalisme, fiksi sejarah, horor.

Urgensi kisah ini juga dirasakan oleh Rasullulah saw. Keberadaan kisah para nabi di dalam Al-Qur’an bukan sekedar untuk diketahui namun berperan sebagai peneguh hati. Sebagaimana firman Allah swt;
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ ۚ وَجَاءَكَ فِي هَٰذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ
“Dan semua kisah rasul-rasul itu kami ceritakan kepadamu agar kami meneguhkan hatimu dengannya dan dalam kisah-kisah itu telah datang kebenaran, pengajaran dan pengingat bagi orang-orang yang beriman.”QS.Hud [11] : 120
Menurut imam al-Ghazali, anak hendaknya mempelajari Al-Qur’an, hadits-hadits dan kisah kehidupan orang-orang shalih agar di dalam jiwanya tertanam kecintaan kepada mereka. Mendongeng menurut para ahli identik dengan pemberian stimulasi atau rangsangan pada organ otak, terutama pada pembentukan sinap (penghubung antara sel-sel saraf) dan proses mielinisasi serabut saraf. Stimulasi mempunyai damapak terhadap semakin banyaknya sinaps semakin kompleks pula kemampuan menerima, mengelola, menyimpan dan menjawab rangsang yang di terima oleh sel saraf sangat penting untuk kecepatan hantaran rangsangan melalui sel-sel saraf. Dongeng merupakan media komunikasi dan pendidikan bagi anak. Juga menjadi unsur penghangat hubungan batin orang tua anak, guru-murid, pedongeng-pendengar. Melalui dongeng diharapkan anak mampu memperkaya pengalaman imajinasi dan khazanah ilmu pengetahuan. Anak menjadi komunikatif dan cerdas. Tunggu apalagi ? mendongenlah untuk anak. Wallabu A’lam.


Artikel Terkait
share this article to: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg
Posted by Unknown, Published at 22.36